Surah Al-Baqarah: 187: Panduan Ilahi untuk Keintiman Pasangan Selama Ramadan
Di antara rangkaian ajaran agung dalam Al-Qur’an, Surah Al-Baqarah ayat 187 menonjol sebagai panduan ilahi yang komprehensif tentang kedekatan pasangan selama bulan suci Ramadan. Ayat ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang batasan dan kewajiban agama, sekaligus menekankan kasih sayang dan pengampunan Tuhan.
Keintiman yang Diizinkan
Ayat tersebut dimulai dengan penegasan bahwa "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu." Dengan kata lain, kedekatan intim antara pasangan suami istri diizinkan selama malam-malam Ramadan. Hal ini bertentangan dengan kesalahpahaman umum bahwa segala bentuk hubungan seksual dilarang selama bulan puasa.
Simbolisme Pakaian
Ayat ini kemudian menggunakan metafora yang indah, menggambarkan pasangan sebagai "pakaian" bagi satu sama lain. Perumpamaan ini menyoroti sifat saling melengkapi dan ketergantungan dalam hubungan pernikahan. Seperti pakaian yang memberikan kenyamanan dan perlindungan, pasangan saling memberikan dukungan dan penghiburan.
Pengampunan dan Rahmat Tuhan
Ayat tersebut mengakui bahwa menahan diri dari hubungan intim selama siang hari Ramadan bisa jadi menantang. Oleh karena itu, Allah berfirman, "Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu." Pengampunan ini merupakan bukti kasih sayang dan belas kasihan Tuhan, yang memahami kelemahan manusia.
Kewajiban dan Batasan
Setelah menegaskan pengampunan Tuhan, ayat tersebut menetapkan kewajiban dan batasan yang jelas:
- Pasangan harus mengikuti "apa yang telah ditetapkan Allah untukmu." Ini mengacu pada batasan waktu yang ditentukan, yaitu dari setelah matahari terbenam hingga sebelum fajar.
- Pasangan harus "makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar." Ini adalah ajaran penting tentang berbuka puasa sebelum shalat Subuh.
- Pasangan "janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri´tikaf dalam mesjid." Ini melarang hubungan intim selama itikaf, yaitu pengasingan diri di masjid untuk beribadah.
Tujuan Ilahi
Ayat ini diakhiri dengan penegasan bahwa larangan-larangan ini adalah "larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya." Tujuannya adalah untuk melindungi kesucian bulan Ramadan dan mencegah pelanggaran batas-batas agama. Dengan menetapkan batasan-batasan ini, Allah berupaya membimbing umat manusia menuju ketakwaan dan ketaatan.
Makna yang Lebih Luas
Selain panduan praktisnya, Surah Al-Baqarah: 187 juga memiliki makna yang lebih luas. Ayat ini mengajarkan pentingnya keseimbangan dalam kehidupan spiritual dan duniawi. Sementara berpuasa dan beribadah adalah kewajiban agama, hubungan intim yang sehat dan penuh kasih sayang juga merupakan bagian integral dari kehidupan manusia.
Ayat ini juga menekankan sifat Tuhan yang pengampun dan penyayang. Meskipun manusia mungkin melakukan kesalahan, Tuhan selalu siap untuk mengampuni dan membimbing mereka kembali ke jalan yang benar. Dengan mengikuti panduan ilahi ini, pasangan dapat mengalami kedekatan spiritual dan fisik selama Ramadan dan seterusnya.
Kesimpulan
Surah Al-Baqarah: 187 memberikan panduan komprehensif tentang keintiman pasangan selama Ramadan. Ayat ini mengizinkan hubungan intim pada malam hari, menggunakan metafora pakaian untuk menggambarkan sifat saling melengkapi pasangan, dan menekankan pengampunan dan rahmat Tuhan. Ayat ini juga menetapkan kewajiban dan batasan yang jelas, bertujuan untuk melindungi kesucian bulan puasa dan membimbing umat manusia menuju ketakwaan. Dengan memahami dan mengikuti ajaran ilahi ini, pasangan dapat mengalami hubungan yang harmonis dan seimbang selama Ramadan dan sepanjang hidup mereka.
0 Comments