Header Ads Widget

Surah Al-Baqara : 223 : نِساؤُكُم حَرثٌ لَكُم فَأتوا حَرثَكُم أَنّىٰ شِئتُم وَقَدِّموا لِأَنفُسِكُم وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعلَموا أَنَّكُم مُلٰقوهُ وَبَشِّرِ المُؤمِنينَ : Isteri-isterimu Adalah (seperti) Tanah Tempat Kamu Bercocok Tanam, Maka Datangilah Tanah Tempat Bercocok-tanammu Itu Bagaimana Saja Kamu Kehendaki. Dan Kerjakanlah (amal Yang Baik) Untuk Dirimu, Dan Bertakwalah Kepada Allah Dan Ketahuilah Bahwa Kamu Kelak Akan Menemui-Nya. Dan Berilah Kabar Gembira Orang-orang Yang Beriman.

Daftar Isi [Tutup]

    Surah Al-Baqarah: 223: Panduan Komprehensif tentang Hubungan Suami Istri

    Surah Al-Baqarah, ayat 223 merupakan ayat yang sarat akan makna dan bimbingan bagi hubungan suami istri dalam Islam. Ayat ini tidak hanya mengatur aspek fisik dari hubungan intim, tetapi juga menggarisbawahi pentingnya dimensi spiritual, emosional, dan sosial dalam pernikahan.

    1. Tanah Pertanian: Simbol Hubungan Intim

    Ayat tersebut dimulai dengan perumpamaan yang kuat: "Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam." Perumpamaan ini mengisyaratkan bahwa hubungan intim dalam pernikahan adalah sebuah lahan subur di mana benih cinta dan kasih sayang ditanam dan dipelihara.

    Seperti halnya seorang petani yang mengolah tanahnya dengan hati-hati, suami harus memperlakukan istrinya dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Dia harus menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung di mana istrinya merasa dihargai dan dicintai.

    2. Datangilah Tanah Pertanianmu: Kebebasan dan Kepuasan

    Ayat ini selanjutnya menyatakan: "Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki." Ini memberikan kebebasan kepada suami untuk menikmati hubungan intim dengan istrinya sesuai dengan keinginan dan preferensi mereka.

    Namun, kebebasan ini tidak boleh disalahgunakan. Suami harus selalu mempertimbangkan perasaan dan persetujuan istrinya. Hubungan intim harus menjadi pengalaman yang saling memuaskan dan menyenangkan bagi kedua belah pihak.

    3. Kerjakan Amal yang Baik untuk Diri Sendiri: Pertanggungjawaban

    Ayat tersebut juga menekankan pentingnya "mengerjakan amal yang baik untuk dirimu." Ini merujuk pada tanggung jawab suami untuk mempersiapkan dirinya secara spiritual dan emosional untuk hubungan intim.

    Dia harus menumbuhkan sifat-sifat mulia seperti kesabaran, pengendalian diri, dan empati. Dengan melakukan hal ini, dia dapat memastikan bahwa hubungan intim tidak hanya memuaskan secara fisik, tetapi juga memperkuat ikatan emosional dan spiritual antara suami dan istri.

    4. Bertakwalah kepada Allah: Kesadaran Spiritual

    Ayat ini mengingatkan suami untuk "bertakwalah kepada Allah." Takwa adalah kesadaran yang mendalam akan kehadiran dan pengamatan Allah. Ini berarti bahwa suami harus mendekati hubungan intim dengan rasa hormat dan tanggung jawab.

    Dia harus menyadari bahwa hubungan intim adalah anugerah dari Allah dan harus digunakan dengan cara yang sesuai dengan kehendak-Nya. Ini termasuk menghindari hubungan intim di luar nikah dan mempraktikkan kesederhanaan dan pengendalian diri.

    5. Kamu Kelak Akan Menemui-Nya: Akhirat

    Ayat tersebut diakhiri dengan pengingat bahwa "kamu kelak akan menemui-Nya." Ini mengacu pada Hari Kiamat, ketika setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya.

    Dengan mengingat Hari Kiamat, suami dapat termotivasi untuk menjaga hubungan intimnya dengan cara yang halal dan bermartabat. Dia akan menyadari bahwa dia akan dimintai pertanggungjawaban atas bagaimana dia memperlakukan istrinya dan bagaimana dia memenuhi tanggung jawabnya sebagai suami.

    6. Berilah Kabar Gembira Orang-orang yang Beriman: Janji Kebahagiaan

    Terakhir, ayat ini mengundang suami untuk "memberi kabar gembira orang-orang yang beriman." Ini adalah janji kebahagiaan dan pemenuhan bagi mereka yang mengikuti bimbingan Allah dalam kehidupan mereka, termasuk dalam hubungan intim mereka.

    Dengan mematuhi prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam Surah Al-Baqarah: 223, suami dapat menciptakan hubungan pernikahan yang kuat dan harmonis yang dipenuhi dengan cinta, kasih sayang, dan kebahagiaan.

    FAQs tentang Surah Al-Baqarah Ayat 223

    1. Apa makna dari "nisa’ukum harthun lakum"?

    "Nisa’ukum harthun lakum" berarti "isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam." Ayat ini menggunakan metafora pertanian untuk menggambarkan hubungan antara suami dan istri. Istri digambarkan sebagai tanah tempat suami menanam benih, yaitu keturunan.

    2. Apa yang dimaksud dengan "fa’tu harthakum anna syi’tum"?

    "Fa’tu harthakum anna syi’tum" berarti "maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki." Ayat ini memberikan suami kebebasan untuk mendekati istrinya dalam hal seksual dengan cara yang mereka inginkan, selama tidak melanggar prinsip-prinsip Islam.

    3. Apa yang dimaksud dengan "wa qaddimu li anfusukum"?

    "Wa qaddimu li anfusukum" berarti "dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu." Ayat ini mengingatkan suami untuk tidak hanya memikirkan kesenangan pribadi mereka, tetapi juga untuk mempertimbangkan kebutuhan dan kesejahteraan istri mereka.

    4. Apa yang dimaksud dengan "wattakullahu wa’lamu annahu mulqahu"?

    "Wattakullahu wa’lamu annahu mulqahu" berarti "dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya." Ayat ini mengingatkan suami bahwa mereka akan bertanggung jawab kepada Allah atas perlakuan mereka terhadap istri mereka.

    5. Apa yang dimaksud dengan "wabasysiri al-mu’minin"?

    "Wabasysiri al-mu’minin" berarti "dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman." Ayat ini memberikan harapan dan penghiburan bagi orang-orang beriman, mengingatkan mereka bahwa mereka akan mendapatkan pahala di akhirat atas amal baik mereka, termasuk memperlakukan istri mereka dengan baik.

    6. Apa hikmah dari ayat ini?

    Ayat ini memberikan panduan bagi suami tentang bagaimana memperlakukan istri mereka dengan hormat, cinta, dan kasih sayang. Ini juga menekankan pentingnya tanggung jawab dan akuntabilitas dalam hubungan pernikahan. Selain itu, ayat ini memberikan pengingat akan pentingnya bertakwa kepada Allah dan melakukan perbuatan baik, karena kita semua akan bertanggung jawab atas tindakan kita di akhirat.

    7. Bagaimana ayat ini harus ditafsirkan dalam konteks modern?

    Ayat ini harus ditafsirkan dalam konteks modern dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip kesetaraan, keadilan, dan saling menghormati dalam pernikahan. Suami dan istri harus bekerja sama untuk menciptakan hubungan yang sehat dan memuaskan yang didasarkan pada cinta, kepercayaan, dan komunikasi yang terbuka.

    8. Apakah ayat ini mengizinkan kekerasan dalam rumah tangga?

    Tidak, ayat ini tidak mengizinkan kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan dalam bentuk apa pun, baik fisik, emosional, atau seksual, tidak dibenarkan dalam Islam. Ayat ini menekankan pentingnya memperlakukan istri dengan hormat dan kasih sayang, dan setiap bentuk kekerasan bertentangan dengan prinsip-prinsip tersebut.

    9. Apakah ayat ini hanya berlaku untuk hubungan heteroseksual?

    Tidak, prinsip-prinsip ayat ini berlaku untuk semua hubungan pernikahan, terlepas dari orientasi seksual atau jenis kelamin pasangannya. Semua pasangan harus memperlakukan satu sama lain dengan hormat, cinta, dan kasih sayang, dan harus bekerja sama untuk menciptakan hubungan yang sehat dan memuaskan.

    10. Bagaimana ayat ini dapat membantu menciptakan hubungan pernikahan yang sehat?

    Ayat ini dapat membantu menciptakan hubungan pernikahan yang sehat dengan mengingatkan pasangan akan pentingnya:

    • Komunikasi yang terbuka dan jujur
    • Saling menghormati dan menghargai
    • Bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain
    • Mengutamakan kesejahteraan dan kebahagiaan satu sama lain
    • Bertanggung jawab atas tindakan dan perilaku mereka
    • Bertakwa kepada Allah dan berusaha melakukan perbuatan baik

    Post a Comment

    0 Comments